SOSIALISASI MAHASISWA
Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk
orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan
tinggi.
Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan
yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk
meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis
yang terlibat di dalamnya.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan
mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang
tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Organisasi mahasiswa adalah organisasi
yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi
kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, maupun
semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan
lintas-kampus.
Sebagian organisasi mahasiswa di kampus Indonesia juga membentuk
organisasi mahasiswa tingkat nasional sebagai wadah kerja sama dan
mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap kemajuan Indonesia,
seperti organisasi Ikahimbi dan ISMKI.
Di luar negeri juga terdapat organisasi
mahasiswa berupa Perhimpunan Pelajar Indonesia, yang beranggotakan pelajar dan
mahasiswa Indonesia. Pada dasarnya, Organisasi Mahasiswa adalah sebuah
wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap
sesuai dengan koridor AD/ART yang disetujui oleh semua pengurus
organisasi tersebut. Organisasi Mahasiswa tidak boleh tunduk dan
menyerah pada tuntutan lembaga kampus tempat organisasi itu bernaung, melainkan
harus kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa, bukan pribadi atau
golongan.
Permasalahan
mahasiswa
Sumber masalah
Permasalahan
yang dialami oleh siswa dan mahasiswa akan terkait dengan
perkembangan
yang dialami selama dalam perkembangannya. Seperti dijelaskan di
atas
bahwa adanya perubahan yang cepat dalam aspek fisik, emosi, kognitif dan
psikososial
akan memberikan konsekuensi kepada kemunculan masalah.
a.
Perubahan fisik
Perubahan
kondisi fisik akan menyebabkan keprihatinan, hanya sedikit remaja
yang
merasa puas dengan kondisi tubuhnya (Hurlock, 1999), sementara sebagian
besar
mengalami ketidakpuasan. Keprihatinan akan kondisi tubuh dapat
menyebabkan
munculnya konsep diri yang kurang baik dan rendahnya harga diri
mereka.
Kepuasan terhadap kondisi fisik merupakan hal yang sangat penting, bagi
remaja
penampilan fisik beserta identifitas sosial merupakan ciri pribadi yang paling
jelas
dan mudah dikenali orang lain dan menjadi daya tarik penting dalam kehidupan
sosial.
Selain itu percepatan pertumbuhan fisik juga akan membuat kemampuan fisik
mereka
mereka menjadi makin tinggi. Energi yang besar akan membuat para remaja
menyukai
kegiatan yang bersifat fisik. Bentuk aktivitas yang menunjukan kekuatan
fisik
akan menjadi sarana untuk menunjukan dirinya guna mendapatkan pengakuan.
Dalam
konteks ini olah raga merupakan salah satu cara yang sehat untuk
menunjukan
kemampuan fisik mereka, dan sebaliknya penyalahgunaan kemampuan
fisik
dalam bentuk kekerasan meskipun dapat menunjukan kemampuan fisik, tetapi
jelas
merupakan cara yang tidak tepat.
b.
Perubahan emosi
Secara
tradisional dijelaskan bahwa periode remaja dianggap sebagai periode
badai
dan tekanan, sebutan ini menjelaskan mengenai ketegangan emosi yang
meninggi,
sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Remaja akan mengalami
ketidakstabilan
emosi sebagai akibata dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku
baru dan harapan sosial yang baru.
Meskipun
emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional,
tetapi
dalam tahap perkembanganya sejalan dengan bertambahnya usia, emosi
mereka
akan menjadi lebih stabil. Ekspresi emosi remaja agak berbeda dengan
anak-anak
yang biasanya meledak-ledak, mereka akan mengungkapkannya dengan
cara
menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang
yang
menyebabkan amarah. Remaja juga iri dengan orang yang memiliki benda
yang
lebih banyak. Kemampuan remaja untuk mengelola emosi dapat terlihat
apabila
mereka sudah dapat mengendalikan emosinya dengan tidak meledakannya,
tetapi
dengan cara menunggu sampai waktu dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan
emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk yang
menunjukan
kematangan emosi adalah mereka menilai dengan kritis atas sumber
pembangkit
emosi sebelum bereaksi, artinya berpikir dahulu sebelum melakukan
suatu
tindakan.
c.
Perubahan social
Penyesuaian
sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang sangat
sulit.
Mereka diharapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran-peran baru,
orang
dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah selama ini, menyesuaikan diri
dengan
lawan jenis. Di antara bagian yang tersulit dan terpenting adalah
penyesuaian
diri dengan meningkatnya pengaruh dari kelompok sebaya dan
perubahan
dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru
dalam
dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
d.
Perubahan kognitif (kemampuan berpikir)
Seperti
dijelaskan di atas bahwa mahasiswa sudah mampu berpikir abstrak dan
menggunakan
alasan-alasan yang ilmiah, sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk
memecahkan masalah yang kompleks termasuk mengembangkan alternatif
pemecahan
masalah yang mereka hadapi. Kemampuan mereka untuk melihat dari
perspektif
yang berbeda juga akan muncul, sehingga akan tampak bahwa mereka
mampu
melihat persoalan secara kritis mereka tidak akan memproses informasi itu
serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Pada
kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat
banyak
remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai
tahap
perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap
perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan
masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai
dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak
banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya
perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa
juga
diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja
sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi
tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang
remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka
lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis
masalah dan mencari solusi terbaik.
Secara
singkat sumber masalah yang dialami oleh siswa dan mahasiswa, dapat
dibagi
menjadi 2 sumber, yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
a.
Sumber internal
Masalah
yang bersumber dari dalam dapat berupa kondisi diri, kecerdasan, bakat,
minat,
fisik, nilai, kreativitas, pribadi, keterampilan belajar, dan sebagainya.
b.
Sumber eksternal
Masalah
yang bersumber dari luar adalah : kondisi fisik dan sosio-emosional di
lingkungan
keluarga dan sekolah/ kampus, hubungan dengan teman/ dosen/
keluarga,
status sekolah atau perguruan tinggi, ketidakjelasan orientasi kerja, dan
sarana
belajar.
Bentuk
masalah
Secara
umum masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah sebagai berikut.
a. Karier
dan Pekerjaan
1)
Belum memahami potensi diri
2)
Kurang memahami bidang kerja yang akan dimasuki
3)
Ingin mendapat pelatihan pendukung kesiapan kerja
4)
Khawatir tidak mendapat pekerjaan atau dapat bekerja dengan baik
5)
Belum merencanakan masa depan
b.
Ekonomi dan Keuangan
1)
Khawatir dengan kondisi keuangan keluarga
2)
Khawatir putus kuliah
3)
Uang saku tidak yang cukup
4)
Uang untuk membeli perlengkapan belajar tidak cukup
5)
ingin mendapatkan beasiswa
d.
Diri Pribadi
1)
Daya juang yang rendah
2)
Kurang serius
3)
Ceroboh
4)
Kurang percaya diri dan pemalu
5)
Kurang terbuka pada orang lain
6)
Takut tidak diterima dalam kelompok
e.
Pendidikan dan Pelajaran
1)
Kurang memahami istilah asing
2)
Sukar menyelesaikan masalah
3)
Kurang memahami penjelasan dosen
4)
Sukar belajar kelompok
5)
Takut bicara di kelas
6)
Kurang mampu memahami buku & membaca cepat
7)
Kurang kosentrasi
8)
Kurang mampu belajar efektif
9)
Khawatir gagal/mendapat nilai rendah
10)
Cara mengajar dosen membosankan
11)
Meragukan manfaat masuk perguruan tinggi
f.
Keluarga
1)
Konflik orangtua anak
2)
Komunikasi kurang harmonis
3)
Dijodohkan orangtua
4)
Dendam terhadap orangtua
5)
Orangtua mengalami gangguan mental
6)
Orangtua meninggal dunia
Indikator
munculnya masalah
Kemunculan
suatu masalah yang dialami oleh mahasiswa dapat diidentifikasi
dari
:
a. Indeks
prestasi/nilai yang rendah
b. Pindah
sekolah atau keluar
c. Tingkat
kehadiran yang rendah
d. Masa
studi yang panjang
e. Banyak
cuti
f. Perubahan
tingkah laku
Munculnya
masalah masalah di atas seringkali merupakan manifestasi lanjutan
dari
masalah yang tidak terselesaikan, karena itu ada pentingnya untuk
mengidentifikasi
masalah secara lebih dini.
Cara
mengidentifikasi kemunculan masalah
Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya masalah
pada
mahasiswa adalah :
1.
Laporan hasil belajar
Prestasi
yang tercatat dalam laporan hasil belajar (KHS) dapat menjadi petunjuk
adanya
masalah. Perubahan prestasi yang drastis menunjukan bahwa mahasiswa
sedang
mendapat suatu persoalan yang mungkin mereka sadari atau tidak disadari.
Dosen
dapat melihat laporan hasil belajar sebagai petunjuk awal guna menelusuri lebih
lanjut
melalui teknik lain berupa wawancara dan observasi.
2.
DCM atau AUM
DCM
(daftar cek masalah) atau AUM (alat ungkap masalah) merupakan alat
pengumpul
data terstandar yang digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya untuk
mengetahui
permasalahan yang dialami oleh para siswa dan mahasiswa.
3.
Observasi
Teknik
observasi yang baik dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada
mahasiswa
yang mengalami masalah. Kecenderungan menyembunyikan masalah pada
siswa/mahasiswa
dapat ditanggulangi dengan observasi yang tajam. Observasi ini
ditujukan
kepada tingkah laku yang ditunjukan oleh mahasiswa yang diduga mengalami
masalah,
baik ketika yang bersangkutan sedang sendirian atau sedang bersama-sama
teman.
4.
Wawancara
Wawancara
merupakan teknik yang baik untuk mengungkapkan adanya
masalah.
Berbeda dengan penelitian pada umumnya atau wawancara investigasi,
wawancara
yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah tidak merupakan wawacara
terstruktur,
dilakukan dengan rileks tidak menekan. Ciptakan situasi yang nyaman, agar
ybs
dapat lebih terbuka.
5.
Diskusi kelompok terfokus (Focus Group discussion/FGD)
Merupakan
bentuk diskusi yang membahas situasi atau masalah tertentu. Terdiri
dari
812 orang. dosen dapat menggunakan teknik ini untuk mengungkapkan persoalan
yang
mereka hadapi. FGD yang baik dapat mengungkapkan masalah yang selama ini
tersembunyi
(latent) karena terdapat interaksi dari peserta. Selain mendapatkan
informasi
verbal yang mereka sampaikan, guru/dosen juga dapat mendapatkan
informasi
melalui observasi yang juga dilakukan ketika diskusi berlangsung. Akan lebih
baik
apabila menggunakan rekaman suara dan video ketika FGD berlangsung sehingga
dapat
dilihat/didengar secara berulang-ulang.
6.
Metode Sosiometrik
Metode
ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau
saling
menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui
dengan
siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu
kegiatan
bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa
subyek
tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan.
Sosiogram
Kelompok Delapan Orang
Strategi Intervensi
Identifikasi
masalah yang berhasil akan dapat menimalisasi masalah dan
mencegah
meluasnya masalah yang dihadapi oleh siswa/mahasiswa. Namun demikian
intervensi
harus tetap dilakukan. Terdapat beberapa jenis layanan (informasi, orientasi,
penempatan
& penyaluran, pembelajaran, bimbingan dan konseling dalam setting
individual/kelompok)
yang dilakukan oleh dosen mata kuliah, PA, nara sumber, tutor,
sebaya
1.
Jenis-jenis Intervensi:
a. Mengajarkan
materi baru
b. Mengajarkan
kembali materi yang sulit
c. Menyediakan
bahan ajar
d. Mengerjakan/membahas
soal-soal
e. Belajar
kelompok
f. Diskusi
kelompok
g. Mengerjakan
tugas terstruktur
h. Belajar/praktik
di laboratorium
i. Studi
lapangan
j. Kesempatan
magang
k. PKL
l. Pelatihan
penunjang karier
m. Memberikan
konseling individual/kelompok